Writer : Myself
Cast : Park Chanyeol, Byun Baekhyun
Genre : Friendship
Hoamm…
seharusnya aku bisa meneruskan mimpi indahku jika Baekhyun tidak menelpon tadi.
Untuk apa juga dia menghubungiku dengan alasan tidak jelas yang dianggapnya
masalah amat sangat penting itu. Kalau pun ini memang urusan hidup dan mati,
tentu dia telah tiba dua puluh menit yang lalu.
“Hei,”
sapanya sambil menepuk pundakku.
Aku
pun hanya menyilangkan tanganku didada dan mengerucutkan bibirku.
“Ayolah,
jangan rusak rencana indah kita hari ini. Aku kan hanya telat, dua puluh
menit,”
“Yup,
hanya dua puluh menit,”
“Maaf
ya. Aku tidak tahu kalau dua puluh menit dan sedikit urusan penting lainnya
cukup membuatmu kesal padaku. Maaf…”
“Haha.
Aku tidak pernah marah padamu kok, meskipun tadi sempat terpikir aku akan
mengacuhkanmu selama beberapa hari kedepan. Hehe. Apa yang akan kita lakukan
hari ini,”
“Ah,
aku tahu kamu tidak akan pernah marah padaku. Hari ini kita akan mempersiapkan
hari bahagiaku dan aku harap akan menjadi hari bahagiamu juga,”
Tentu
saja. Semua kebahagiaanmu akan menjadi bahagiaku juga. Aku dan Baekhyun sudah
bersahabat sejak lama. Kalau boleh dikatakan, aku mengenal sebuah persahabatan
sejati karena Baekhyun. Persahabatan kami memang bukanlah persahabatan yang
dibuktikan diatas sebuah janji dan darah, tapi kejujuran dan loyalitas tanpa
batas kami cukup menjadi bukti kalau kami saling mendukung. Seperti halnya hari
ini, secara tiba-tiba Baekhyun menelponku dan mengajakku ke sebuah toko
perhiasan.
Ternyata
Baekhyun berniat untuk mengambil perhiasan yang sudah dipesannya. Aku memang
tidak menanyakan untuk siapa perhiasan itu, karena aku bukannya mau sok tahu
dan pastinya Baekhyun akan memberitahuku nanti. Tapi aku yakin hari ini
bukanlah hari ulang tahun kedua orang tuanya. Apa mungkin dia membelikannya
sebagai hadiah kejutan untuk ibunya, boleh jadi. Atau mungkin hanya untuk
investasi saja, mungkin saja. Apalagi kalau boleh dibilang harga emas kali ini cukup
bagus kalau kita ingin memulai sebuah investasi masa depan.
Setelah
perhiasan pesanannya sudah sesuai keinginan dan siap untuk dibayar olehnya,
Baekhyun mengajakku mampir ke sebuah kafe di depan toko perhiasan tersebut.
Kami berbincang seperti biasa, bercanda dan tertawa-tawa seperti orang gila.
“Apa kamu tahu,
saat kamu pulang ke rumah orang tuamu kemarin malam, Tao dikerjain
teman-teman,” kataku
“Oh ya? Apa
kalian membiarkannya mandi sendiri?”
“Iya. Kami pun
menambahi sedikit lelucon ke dalam rencana kami,”
“Ah, sayang
sekali. Kenapa kalian tidak menungguku kembali?” ungkapnya menyesal.
Kami pun
menertawakan bagaimana konyolnya sikap Tao hari itu sambil menyesap bubble tea kami. Tao memang seorang
penakut. Ia tidak pernah berani untuk mandi sendiri, apalagi kalau malam hari.
Ia selalu minta ditemani oleh orang lain. Anehnya, meskipun kekanakan tetapi ia
adalah seorang yang jago bela diri tak kalah dari Bruce Lee ataupun Jet Li.
Disaat kami mencoba
mengistirahatkan rahang dan tulang pipi kami yang kelelahan karena terlalu
banyak tertawa, Baekhyun pun mengeluarkan kantong belanja yang didapatnya dari
toko perhiasannya tadi. Sebuah kotak beludru pun ia keluarkan dari dalamnya.
“Ini adalah alasanku
mengganggu tidurmu yang agung siang tadi,” kata Baekhyun mengawali pembicaraan
kami. Kemudian ia pun membuka kotak tersebut, didalamnya terdapat sebuah cincin
sederhana namun sangat indah.
“Ini indah
sekali. Meskipun aku tidak pernah yakin dengan seleramu. Namun kali ini, aku
akui ini sangat mengagumkan,” pujiku. Ia pun tersenyum senang dan membiarkanku
menilai serta memuji perhiasan indah itu dari berbagai sudut. Ia juga tidak
keberatan saat aku mengeluarkan cincin itu dari kotaknya dan mencoba untuk
menilai keindahannya dibawah sinar matahari.
“Aku akan
melamar Nayoung,”
Deg…
“Benarkah?
Kapan?” tanyaku.
“Malam
ini. Setelah makan malam yang romantis tentunya. Hal itu pulalah yang
menyebabkan aku terlambat hari ini. Kamu tahu, aku harus mempersiapkan segala
hal hari ini. Aku sudah menyiapkan mini orchestra yang akan memainkan lagu
romantis hanya untuk kami. Aku sudah memesan makanan luar biasa enak yang tidak
akan pernah dapat aku ingat namanya dengan benar. Aku juga sudah menyiapkan
sebuah lagu untuk dinyanyikan dihadapannya. Aku tidak akan gagal, kan?”
“Tentu
saja. Kamu tidak akan gagal. Aku yakin itu. Aku mendukungmu,”
“Tapi
bolehkah aku meminta bantuan kecil darimu? Tentu saja ini akan menjadi nilai
tambah bagi kisah romantis hari ini,”
“Apapun
akan kulakukan,”
“Maukah
kamu memainkan gitarmu saat aku menyanyikan lagu nanti?”
Aku
pun hanya mampu tersenyum dan mengangguk singkat kepadanya. Berita pagi hari
ini begitu mengagetkan dan sedikit menyakitkan. Tidak, mungkin menyakitkan saja
atau bisa jadi sangat menyakitkan. Aku bukan tidak menyukai sahabat baikku
bahagia. Aku juga tidak membencinya karena ia membiarkanku menjadi lajang
sendirian sementara ia sudah siap melangkah lebih maju. Aku bahagia, ya, aku
yakin aku sangat bahagia. Suatu kebahagiaan besar bagiku untuk melihat seorang sahabatku dan cinta
pertama yang aku sukai hingga saat ini akan menempuh suatu masa depan bersama.
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar