My first fanfiction (sebenarnya bukan yang pertama, tapi ini yang pertama dipublikasikan). Enjoy... ^^
Writer :
myself
Main
Cast : Aku a.k.a Oh Sena (OC), D.O
Kyungsoo (EXO)
Support Cast : Lee Minyoung (OC)
Genre :
Romance
Length :
One Shot
Ini melelahkan, entah mengapa
aku terlalu lelah akhir-akhir ini. Apakah karena akhir-akhir ini aku
benar-benar diburu oleh sebuah deadline?
Tapi kurasa itu memang benar. Aku memang selalu kacau minggu-minggu deadline sementara masih banyak
pekerjaan yang belum terselesaikan. Bekerja sebagai editor memang tidak selalu
mudah. Walaupun aku hanyalah bekerja sebagai editor junior di sebuah majalah remaja.
Justru kata ‘junior’ lah yang membuat semuanya menjadi tidak mudah, karena hampir
semua pekerjaan kasar harus dikerjakan si junior walaupuan sebenarnya itu
adalah tanggung jawab senior. Parahnya lagi junior merupakan tempat kesalahan
dan disalahkan serta pembuangan terakhir kekesalan para editor senior. Aku
memang menyadari tanggung jawab berat yang ditanggung oleh beberapa editor
seniorku, namun seharusnya mereka tidak menumpahkan semua kesalahannya kepada
kami. Apalagi jika ada sebuah artikel yang bakalan jadi headline malah belum sama sekali disetor pada editor padahal deadlinenya kurang dari dua hari lagi,
yang menurut kata si wartawan gara-gara narasumber yang sulit dihubungi. Di
kantor suasana berubah menjadi seperti di neraka, sedikit saja kesalahan dari
editor junior serasa seperti pelanggar hukum yang memang pantas dijagal di
hadapan massa. Melelahkan.
Tetapi tentu saja aku tidak akan
bermuram durja dan berlarut-larut dalam neraka dunia itu. Seperti malam hari
ini, aku lebih suka memilih untuk menghabiskan malam bersama teman-teman
komunitas bacaku. Setelah aku menyelesaikan beberapa pekerjaanku hari ini,
akupun bergegas menuju tempat kami mengadakan pertemuan rutin sebulan sekali
walaupun hanya sekedar nongkrong dan ngobrol-ngobrol segala hal tentang buku
dan segala tetek bengeknya. Pukul 10.00
malam tepat, meskipun sudah cukup larut dan telat satu jam dari jam perjanjian,
aku yakin teman-teman komunitasku pasti belum pulang. Biasanya pertemuan ini baru
selesai dini hari. Meskipun melelahkan tapi ini menyenangkan.
“Hai, Sena,” seru Minyoung yang
kujawab dengan lambaian tanganku.
“Kelihatannya kamu lelah sekali.
Deadline lagi?,” tanyanya kepadaku.
Aku pun mengangguk singkat dan
duduk disebelahnya sambil menghela nafas panjang.
“Astaga, apa kali ini seniormu
mengancam akan membunuhmu kalau tidak menyelesaikan pekerjaan?” candanya.
“Haha… ini mungkin lebih dari
sekedar ancaman. Kali ini dia sudah mencoba menggorok leherku tapi dia tidak
pernah menebas kepalaku sampai selesai,” jawabku.
“Lumayan kan, kamu jadi tahu
seperti apa rasanya jadi Nick si kepala hampir putus dan siapa tahu kalau
memang kamu jadi hantu, kamu bisa melamar pekerjaan jadi hantu baru di film
harry potter 8,”
Aku hanya tersenyum singkat
menanggapi leluconnya. Tapi kali ini aku sedang tidak ingin tersenyum dan
tertawa menanggapi perkataan temanku yang humoris itu. Aku betul-betul lelah
dan sakit hati karena ucapan editor seniorku yang memarahiku gara-gara
kesalahan yang sama sekali bukan salah dan tanggung jawabku. Akhirnya, minuman
jeruk panas pesananku sampai juga di meja. Aku memang sama sekali tidak terlalu
suka minum kopi seperti yang dilakukan teman-temanku, walaupun sedang dalam
kegiatan yang memaksaku untuk begadang hingga pagi. Kurasa caffeine tidak berhasil membiarkan mataku terbuka dan menjaga
kesadaran otakku, tetapi hal tersebut mampu dilakukan asamnya dari segelas
minuman panas ini.
Setelah aku menegak minuman
dengan asap yang masih terkepul, aku menangkap tatapan itu. Tatapan yang
selalu membuatku merasakan kehangatan disertai dengan senyuman yang selalu
berhasil membuat darahku mengalir dengan kencang. Do Kyungsoo, sang pemilik
tatapan dan senyuman. Ia selalu melihatku dengan tatapan dan senyuman yang
sama. Selalu begitu. Semua beban dan rasa sakit hati langsung menghilang dalam
sekejap mata. Inilah alasanku menyempatkan waktu untuk datang walaupun raga dan
nyawaku benar-benar sakit dan lelah.
Kali ini ia menatapku dan
memberikan senyuman kepadaku yang sama dan selalu kurindukan setiap harinya. Seakan
hendak mengatakan: aku mencintaimu, walaupun itu memang hanya dikepalaku saja. Aku
pun membalas tatapan dan senyumannya, aku juga mencintamu, meski tak ada
seorang yang tahu dan itupun termasuk dirimu.
***
Sedikit curcol, sebenarnya sudah dari dulu pengen publikasiin fanfiction. Tapi selalu ada bergulatan batin terkait dengan idola-idola yang dijadiin tokohnya. Aku gak tega matiin karakter asli dari idolanya, apalagi EXO. Tapi berhubung terlalu gatel kalau gak bisa ngeshare, sekaligus pengen nunjukin ke-EXOTICS-an saya, akhirnya jeng... jeng... jeng...
Meskipun aku tahu banget gimana perasaan sakitnya para fangirl yang biasnya dipasangin sama cewek lain, ditambah lagi si cewek kayaknya terlalu sempurna, ataupun gimana penggambaran kesempurnaan menurut penulis dari fanfiction itu sendiri. Oleh karena itu, kali ini saya juga minta maaf kepada fangirlnya D.O jika cerita pendek ini terlalu menyakitkan dan mengerikan sampai menyeret-nyeret nama D.O didalam ceritanya.
Tapi it's just a fiction. So no offense and no bash. Yang mau komentar dipersilahkan, saran dan kritik yang membangun diutamakan. Keep calm and love our EXO. Peace ^^v
Tidak ada komentar:
Posting Komentar