Senin, 23 Januari 2012

Sebuah Kritik dan Saran Untuk Para Dosen, Guru, dan Para Calon Guru Sekalian


Ini bukan merupakan sekumpulan kata-kata iseng, anarkis, ataupun bentuk protes keras kepada dunia pendidikan. Aku, yang notabene adalah seorang mahasiswa dan juga mantan siswa yang sudah menempuh pendidikan selama lebih dari 15 tahun merasa perlu untuk menulis ini (walaupun alasan pertamanya adalah ngisi blog doang, kekekeke)… Jadi gak usah dianggap serius atau malah diremehkan begitu saja.

Berawal dari kata-kata formal yang serasa seperti pidato, buka mata lebar-lebar dan resapi tulisan-tulisan yang merupakan suara hati saya *gubrak!!.  Meskipun saya sendiri adalah calon guru, ini juga merupakan refleksi bagi diri saya sendiri agar mampu mendidik tunas bangsa untuk lebih maju kedepannya.
Ingat tentang salah satu hakikat manusia yang mengatakan bahwa manusia itu unik, berbeda antara satu dan lainnya?? Ini adalah kerangka dasar dari tulisan ini. Walaupun sebenarnya seorang pendidik tidak hanya cukup mengetahui satu hakikat manusia ini, melainkan juga harus tahu semua hakikat manusia dari individual, religi, dll yang tidak perlu diungkapkan satu persatu (terima kasih kepada pak dosen A.J.E yang sudah mengajarkan betapa pentingnya pemahaman hakikat manusia dalam proses belajar mengajar).
Beberapa kali mungkin perlu diingat banyak pendidik yang lebih menyukai metode presentasi kelompok dalam pengajarannya. Bahkan terkadang juga ada pendidik yang sudah membagi kelas menjadi beberapa kelompok, dan membagikan materi yang wajib mereka presentasikan selama satu tahun pelajaran.  Memang bagi sebagian orang metode ini lebih menyenangkan daripada harus mendengarkan ceramah sang pendidik yang terasa seperti lagu nina bobo. Tapi tidak adakah yang menyadari bahwa mata-mata dan otak yang masih on hanya ada di barisan terdepan saja? Mereka-mereka yang berada di barisan paling depan memang sangatlah menghargai teman-teman mereka yang presentasi didepan dengan memasang kuping, telinga, dan otak di tempatnya dan memfungsikannya sebagaimana mestinya. Sementara itu para pencari ilmu yang duduk di belakang malah mungkin sudah terbang ke awang-awang. Meski mata mereka masih terlihat hidup dan ada pada tempatnya, tapi otak dan telinga mereka barangkali sudah tertinggal di suatu tempat yang tidak terjamah lagi. Para pendidik terkadang berusaha mengatasi hal ini dengan cara menanyai atau mengumpan balikkan materi presentasi pada mereka yang duduk di belakang. Tetapi jangan salah,  sebenarnya mereka sudah mempersiapkan senjata pamungkas, apabila mereka masuk ke dalam jebakan tersebut. Mereka biasanya sudah mempersiapkan pertanyaan atau bahkan meminta orang lain untuk menyiapkan pertanyaan bagi mereka, meskipun terkadang pertanyaan mereka hampir serupa atau bahkan ruwet seperti benang kusut, sampai penyaji dan penanya sendiri tidak tahu apa yang ditanyakan. Ckckckck… (ini semua adalah pengalaman pribadi, walaupun tidak selalu saya adalah pelaku utamanya, hahaha). Hal ini membuat tidak semua pelajar dapat menyerap ilmu yang disampaikan oleh teman mereka dengan menyajikan suatu presentasi dengan menggunakan slide.
Memang lebih sering pelajaran akan lebih mudah diserap apabila disampaikan oleh teman kita sendiri. Tetapi hal ini biasanya berlaku pada suatu konteks non formal, bukannya formal seperti presentasi. Sebenarnya cara membuat agar audiens mendengarkan presentasi yang kita sajikan adalah atraktif. Atraktif disini bukan berarti seperti melawak ataupun melakukan atraksi ala sirkus sambil presentasi (meskipun kalau dipikir hal tersebut akan menarik tentunya, hehehe). Atraktif bisa berarti cara menyampaikan materi yang menarik, biasanya seperti gaya bahasa, body language, dan lain sebagainya. Tapi tidak semua orang bisa menjadi atraktif. Sulit sekali untuk belajar agar orang bisa menjadi pusat perhatian.
Nah, beralih dari persoalan atraktif, sebenarnya dalam metode presentasi, biasanya pelajar hanya mempelajari materi yang disampaikannya saja. Jadi tidak mustahil apabila bila mereka hanya menguasai satu bahan, dan melupakan materi yang diterangkan teman mereka. Ini adalah suatu kekurangan dari metode presentasi kelompok yang sangat biasa.
Hal lain yang sangat penting juga dan perlu diperhatikan adalah pribadi-pribadi pelajar yang berbeda satu sama lain. Dalam metode presentasi yang paling banyak diuntungkan adalah pelajar-pelajar yang aktif, sementara pelajar-pelajar yang memang dari orok merupakan pendiam, pemalu, cenderung lebih suka berpikir dalam pikirannya sendiri , dsb akan sangat dirugikan. Memang biasanya pengajar akan mencoba memancing agar mereka itu bisa aktif, namun perlu diperhatikan IT DOESN’T WORK!!. Bagaimana kalau di dalam otak mereka tidak ada pertanyaan ataupun mempertanyakan hal yang dipresentasikan. Mereka memang ingin bertanya, namun mereka sendiri sepertinya sudah tahu jawabannya. Bukannya itu yang dimaksud mengetes penyaji, dan hal tersebut sangat tidak disukai penyaji?? Jadi kenapa harus pakai metode presentasi?? Kalau ada pihak yang dirugikan dalam hal ini. Mungkin juga berulang kali pengajar mengingatkan dengan cara bertanya akan mendapatkan nilai atau poin tambahan. Tapi kalau pelajar-pelajar pendiam tersebut lebih memilih pemahaman itu lebih penting dari sekedar nilai? Maksudnya berapapun nilai yang diberikan pengajar itu tidak penting, yang penting kita mengerti, paham, dan bisa mengamalkan pelajaran yang diberikan. Apalagi apabila ada pendidik yang mengadakan sesi tanya jawab yang ribuan bahkan jutaan jam *lebay. Karena sekali lagi IT’S USELESS AND NEVER WORKS!!  Hal tersebut adalah poin utama yang mutlak perlu diperhatikan bagi para pengajar sekalian. Diam itu memang bukan selalu emas, tapi bukankah dengan berbicara itu juga tidak menunjukkan seberapa banyak pemahaman seseorang??
            Dalam beberapa hal metode belajar mengajar memang memiliki kekurangan dan kelebihan sendiri-sendiri, namun sebaiknya yang lebih diperhatikan adalah keuntungannya bagi para pelajar itu sendiri. Apakah mereka bisa mendapatkan apa yang mereka cari yaitu ilmu pengetahuan yang fantastis, sesuatu yang menakjubkan, ataupun sesuatu yang belum mereka ketahui. Serta jangan lupa untuk meneliti dulu seperti apakah pribadi dari setiap subyek ajar kita, supaya tidak salah mengambil metode. Meskipun kata orang metode x cocok untuk materi pelajaran y pada bab z, tapi lebih baik jangan didengarkan. Tutup mata dan tutup telinga! Karena sekali lagi manusia itu unik, tidak sama satu dengan lainnya, hal itu juga berlaku pada subyek didik. Sebenarnya sebagai seorang pendidik haruslah tahu bahwa sebenarnya subyek didik adalah anak-anak luar biasa dengan rasa haus akan ilmu pengetahuan yang belum mereka ketahui mungkin istilahnya fresh from the oven. Tapi hal yang bisa membentuk semangat mereka itu adalah pendidik. Apabila seorang pendidik salah dalam memilih metode mengajar, bisa saja hal tersebut akan memadamkan api semangat mereka. Sayang sekali bukan??
            Ayo para calon pendidik mari bersemangat untuk menemukan cara pengajaran yang bisa mewadahi semua pelajar kita dalam sebuah baskom semangat ilmu pengetahuan! Pelajar bisa diibaratkan seperti bawang merah, maka apabila kita ingin mendapatkan bumbu yang khas dan mewarnai masakan kita maka kita harus mengupasnya satu persatu. Begitu pula dengan pendidik yang harus mengupas satu persatu pelajar kita agar kita bisa mengenal pribadi masing-masing pelajar dan memberikan intervensi mengajar yang tepat bagi mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar