Minggu, 08 Maret 2015

Creative /krie'eitiv/ ks. memiliki daya cipta

Kreativitas bukanlah sebuah anugerah, tetapi merupakan hak asasi setiap manusia. Kreativitas harus dilatih secara teratur agar menjadi efektif. Stres seringkali didefinisikan sebagai suatu perubahan yang terjadi dalam kehidupan kita dan kreativitas memiliki kemampuan untuk membuat perubahan menjadi sesuai, bahkan menyenangkan. Namun, kreativitas memerlukan sikap yang tepat dan strategi yang dapat dijalankan.





 Secara sederhana, proses kreatif memiliki dua bagian, yaitu kreativitas primer dan sekunder. Hal tersebut serupa dengan apa yang secara berturut-turut disebut sebagai fungsi otak kanan dan fungsi otak kiri. Kreativitas primer merupakan tempat terbentuknya ide. Ini merupakan tempat permainan pikiran, dan ide dibentuk serta dimatangkan. Kreativitas sekunder mirip dengan lokakarya pikiran, suatu tempat untuk melihat, membentuk, menyatukan, mematangkan, dan memoles ide-ide yang ada untuk digunakan secara fungsional.

 Roger von Oech, dalam bukunya yang berjudul A Kick in the Seat of the Pants, menyebutkan lebih jauh bahwa proses kreatif merupakan kombinasi dari empat fase. Keempat fase tersebut adalah the Exploler (penjelajah), the Artist (seniman), the Judge (hakim), dan the Warrior (ksatria). The Exploler dan the Artist berperan sebagai kreativitas primer, sementara the Judge dan the Warrior berperan sebagai kreativitas sekunder.

The Exploler merupakan pencari materi mentah untuk menciptakan ide. Perlengkapan terpenting yang dibutuhkan the Exploler adalah pikiran yang terbuka. Pikiran yang negatif akan menutup rapat pikiran. Pikiran yang terbuka memerlukan beberapa sikap untuk bertindak sebagai penyubur pikiran. Sikap tersebut antara lain rasa ingin tahu, optimisme, dan antusiasme. Untuk mendapatkan ide baru yang baru, the Exploler harus menjelajahi daerah-daerah baru dengan keluar dari batas normal dan zona nyaman dalam kehidupan sehari-hari.

The Artist, berfungsi untuk mengumpulkan materi mentah, memanipulasinya, dan sesekali menyimpannya sampai materi tersebut terbentuk sesuai dengan keadaan fungsionalnya. Jika the Exploler bertanya, “di mana?”, maka the Artist menanyakan, “Bagaimana dan apa?” Sesuai fungsi the Artist, Anda bermain dengan ide dan mulai mengubahnya menjadi kemungkinan yang nyata.

The Judge memberikan penilaian atau keputusan yang dibuat untuk memprioritaskan atau membelakangkan suatu ide, dan ide yang baik akan menjadi kenyataan. Peran the Judge sangat penting, karena the Judge dapat menghancurkan ide-ide yang baik semudah membuatnya menjadi kenyataan. Pikiran yang kritis dan terlalu menganalisis, jika digunakan pada saat yang salah dapat mendominasi dan menghancurkan tahap lain sehingga waktu dan energi akan terbuang mengapa. Oleh sebab itu, the Judge (keterampilan otak kiri) sering kali dipandang sebagai peman terkuat dalam tim kreatif ini.

The Warrior merupakan pelari terakhir dari tim estafet kreatif. Perannya adalah membawa ide kreatif ke “tempat penerapannya” bersamaan dengan the Judge. The Warrior berperan sebagai pembuat rencana tindakan atau suatu rencana permainan untuk menang. Keterampilan the Warrior membutuhkan kemampuan mengorganisasi dan administratif yang baik.

Pada proses kreatif, tujuan khususnya adalah membiarkan setiap pemain untuk melakukan tugasnya tanpa campur tangan ketiga pemain lain. Sasaran dilakukannya proses kreatif adalah untuk mengasah keterampilan keempat pemain sehingga satu atau dua aspek tersebut tidak menindas aspek yang lain (yang dapat melumpuhkan proses kreatif).

Ada banyak alasan proses kreatif diabaikan. Kendala dalam kreativitas diawali dengan sikap negatif yang hanya akan memperkuat mitor bahwa orang yang terpilihlah yang benar-benar berbakat. Sikap ini pada akhirnya akan menimbulkan kemalasan untuk berkreasi. Von Oech menyebutkan beberapa sikap terkenal yang diketahui dapat menghambat proses kreatif, yaitu: (1) saya tidak kreatif; (2) hanya ada satu jawaban yang benar; (3) jangan bodoh; (4) hindari berbuat salah.

Kreativitas bukanlah sebuah persepsi. Kreativitas adalah sebuah proses. Jika kreativitas dianggap sebagai suatu persepsi, hal ini dapat melumpuhkan seseorang. Semua orang kreatif, tetapi untuk mengeluarkannya diperlukan suatu upaya. Apa yang membedakan Picasso, Alice Walker, dan Walt Disney dengan mereka yang mengaku kalau dirinya tidak kreatif? Perbedaan pokoknya adalah pada keyakinan yang dimiliki orang-orang tersebut dalam diri mereka bahwa dirinya memang kreatif. Anggap diri Anda sebagai sebuah mata air kreativitas yang belum pernah dipakai dan mulailah menggunakannya.

Sikap khas yang sering kali muncul pada setiap orang tanpa disadari adalah bahwa hanya ada satu jawaban yang tepat untuk setiap masalah. Begitu satu jawaban ditemukan, mereka akan berhenti mencari. Pada fase pertumbuhan proses kreatif, ada banyak kemungkinan yang dapat terjadi. Jika Anda hanya mencari satu jawaban benar, maka Anda akan segera berhenti mencari begitu menemukannya. Hal ini sangat berbahaya terutama ketika kita mencoba menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan.
Kita sering kali merasa takut untuk berkata atau melakukan sesuatu diluar kebiasaan karena takut dianggap bodoh oleh masyarakat. Oleh karena itu, kita tetap menahan diri. Perilaki yang kita jaga memang dapat meningkatkan rasa nyaman yang pada akhirnya akan menyebabkan kebosanan. Pada proses kreatif, sikap seperti ini dapat mengarah pada konsep yang disebut sebagai group think (cara berpikir kelompok), yaitu setiap orang berusahan menyenangkan dan mengikuti perkataan kelompoknya. Sesekali diri kita terlihat bodoh. Pandangan yang mencemooh akan memberi kita suatu wawasan baru tentang sebuah situasi. Berbuat bodoh dapat memicu peran the Judge untuk menentukan kelayakan ide. Berbuat bodoh juga menuntut Anda menggunakan rasa humor, yang pada dasarnya merupakan teknik koping yang sangat bebas.

Ada kalanya berbuat kesalahan memang bukanlah ide yang baik. Hal ini dapat mempertaruhkan pekerjaan dan kehidupan Anda. Ada kalanya, membuat suatu kesalahan dapat memberi pelajaran kepada kita bagaimana bertindak dengan sangat tepat. Kesalahan dapat mengajarkan kita cara untuk tidak melakukan sesuatu. Pada awal proses yang kreatif, kesalahan memang diperlukan. Setiap kesalahan membuka sebuah jalan sehingga jawaban permasalahan tersebut dapat lebih berarti. Takut gagal dapat membuat proses kreatif menjadi tidak berjalan.

             Tulisan diatas adalah tulisan yang saya kutip dari buku Manajemen Stres (Stress Management) oleh National Safety Council. Saya merasa sangat senang sekali, karena bisa menemukan banyak hal berharga dari sebuah buku yang awalnya harus dibaca karena suatu 'keapesan' yang terjadi akhir-akhir ini. Sebuah buku yang bagus akan memberikan banyak ilmu yang bermanfaat, dan tentunya ilmu tidak akan menjadi bermanfaat jika tidak dibagi untuk semua orang. Saya berharap kutipan buku diatas bisa menjadi ilmu dan inspirasi seperti halnya yang terjadi pada saya. Aamiin~

Berikut ini ada kutipan yang cukup menarik untuk direnungkan berkaitan dengan postingan saya kali ini.
“Tidak ada yang lebih berbahaya dari suatu ide jika hanya itu satu-satunya yang kita miliki”
-- Emile Chartier



Tidak ada komentar:

Posting Komentar